Sumber informasi tentang isu sosial, budaya dan politik dari Aceh untuk dunia

Belajar dari Kebangkitan Korsel

Prof Apridar (Foto Facebook)
DI sela-sela kunjungan kerja ke Korea Selatan (Korsel), saya ditemani beberapa pejabat kampus lainnya dari Indonesia, mendiskusikan alokasi anggaran Pemerintah Korsel dalam bidang penelitian.
Korsel ternyata memiliki komitmen spesial dalam bidang riset dan pengembangan. Hasilnya konkret dan berdaya saing tinggi. Terbukti, belakangan ini makin banyak saja ditemukan produk Korsel yang merajai pasar mancanegara, termasuk di Indonesia.

Korsel sebetulnya daerah bekas jajahan Jepang sebagaimana halnya Indonesia. Kebencian masyarakat Korsel pada Jepang juga sama dengan kebencian masyarakat Indonesia. Walaupun kadar kemarahannya sama, tapi manifestasi kemarahan masyarakat Korsel sangat berbeda dengan masyarakat kita.

Masyarakat Korsel sampai kini masih menuntut permohonan maaf dari Pemerintah Jepang atas sejumlah kekejaman tentara Dai Nippon. Terutama karena tentara Jepang merekrut putri-putri Korsel ketika itu untuk dipaksa melayani kebutuhan biologis mereka, sampai 50 orang sehari. Bila menolak, maka disiksa, bahkan dihabisi nyawanya.

Para wanita malang itu bahkan sampai kini masih ada yang hidup. Mereka menunggu ganti rugi dari Pemerintah Jepang. Namun, Jepang tetap menyatakan hal itu belum dapat dibuktikan kebenarannya. Pengalaman penjajahan tersebut membuat masyarakat Korsel sampai sekarang mayoritas masih memendam amarahnya.

Sedangkan ungkapan kemarahannya mereka manifestasikan, antara lain, dengan cara tak mau memakai produk dari bekas penjajah negara mereka. Bahkan mereka berusaha keras untuk menyaingi negara tersebut dalam semua aspek, terutama bidang teknologi.

Salah satu contoh yang terlihat saat ini, di Korsel hampir tak ada mobil warganya yang merupakan produk Jepang. Mereka umumnya dengan bangga menggunakan mobil Hundai dan Kia, produksi sendiri.

Mereka juga gigih menghasilkan barang-barang yang dapat menyaingi produk-produk Jepang. Buah dari kerja keras dan disiplin yang tinggi itu, sekarang mulai terlihat nyata bahwa Korsel sudah masuk ke dalam kategori negara industri baru. Produk Samsung sudah mengalahkan produk-produk dari berbagai negara, termasuk Jepang.

Perusahaan Samsung sekarang malah merambah ke berbagai produk elektronik. Kepak sayapnya sangat didukung pemerintah dan kampus. Hampir di semua kampus besar Korsel terdapat research center yang dibantu perusahaan dalam negeri dengan cara memberikan dana yang tak sedikit. Kolaborasi ini membuat kedua belah pihak memperoleh keuntungan. Seperti halnya Perusahaan Samsung yang makin eksis dan sangat dicintai rakyatnya.

Kerja sama inilah yang membuat perusahaan-perusahan yang ada di Korsel makin kuat dengan inovasi yang berkelanjutan. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan pihak kampus banyak yang diaplikasikan oleh industri di Korsel. Inovasi tersebutlah yang membuat Samsung selalu update dalam masyarakat. Dengan adanya pengembangan tersebut membuat produk Samsung kian sulit tersaingi.

Riset berkesinambungan membuat perusahaan tersebut terdepan dalam aneka inovasi. Maka sudah sepantasnya Korsel sekarang ini menjadi negara industri baru yang akan menempatkan dirinya sejajar dengan negara-negara industri lainnya, termasuk Jepang. Tekad yang kuat masyarakatnya dengan cara bekerja penuh disiplin dan mengedepankan riset, menjadi fondasi penting dan strategis dalam melangkah ke depan dengan pasti.

Dalam satu sesi pertemuan, malah saya temukan bahwa orang Korsel jika berbuat salah segera mengakuinya dengan cepat dan jujur. Setiap warga negaranya pun ikut wajib militer. Kewajiban ini membuat warga negaranya tangguh dan tingkat nasionalismenya cukup tinggi.

Jujur saja, penyikapan masyarakat Korsel terhadap persoalan masa lalunya sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh masyarakat kita pada umumnya. Kita menyatakan marah dan menilai perlakuan penjajah dulunya sangat tak beradab. Tapi kita tak berusaha keras agar kita bisa lebih unggul daripada sang penjajah. Bahkan kita yang lebih banyak mengonsumsi barang yang mereka hasilkan, sehingga mereka leluasa mengembangkan industrinya dan justru kita yang semakin tergantung pada produknya. Kita “terjajah” lagi secara ekonomi.

Sikap yang kurang bijak inilah yang membuat kita belum bisa bangkit sejajar dengan negara yang dulu menjajah kita. Riset yang seharusnya perlu kita tingkatkan dalam rangka inovasi ke depan, justru tak serius kita lakoni, seperti halnya bangsa Korsel. Jadi, tak heran kalau orang mencap kita sebagai bangsa yang cara berpikirnya masih sebagai negara terbelakang. Moga ke depan dapat kita perbaiki kekurangan ini.

Semoga pula pemerintahan Jokowi Widodo-Jusuf Kalla nantinya menepati janjinya untuk menjadikan penelitian sebagai leading sector.

Keterpurukan yang terjadi di tempat kita, terutama dalam hal degradasi moral, sudah saatnya kita bangkitkan melalui cinta Tanah Air sebagaimana dilakoni warga Korsel. Semoga pengalaman mereka dapat kita jadikan contoh untuk kebangkitan bangsa kita. 

OLEH PROF APRIDAR, Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, melaporkan dari Korea Selatan.

Sumber [Serambinews]

Labels: News

Thanks for reading Belajar dari Kebangkitan Korsel. Please share...!

0 Comment for "Belajar dari Kebangkitan Korsel"

Back To Top